Dalam sebuah hadits, jelas diceritakan bahwa seorang laki-laki mendatangi Nabi Saw. Ada yang berpendapat laki-laki itu dari Tsaqif, ada juga yang berpendapat lain. Ia berkata,
“Wahai Rasulullah, aku ingin Islam. Tetapi, aku tidak bisa meninggalkan zina.”
Seketika emosi para sahabat terpancing. Mereka meminta penjelasan tentang perbuatan dan ucapan seperti ini di hadapan Nabi Saw. bagi mereka, pernyataan itu hanya mengikuti nafsu.
Lalu apa yang dilakukan Nabi Muhammad Saw?
Rasulullah Saw. bersabda, “Biarkan dia!”
Kemudian Rasulullah Saw. mengajaknya berbincang-bincang dan membuatnya puas. Nabi Muhammad Saw tidak mengata-ngatainya dan tidak mencelanya dengan keras di depan orang. Rasulullah Saw. tidak mencelanya.
Beliau hanya bertanya,
“Relakah kamu bila ibumu dizinai? Lelaki itu menjawab, “Tidak.”.
Rasulullah Saw. bersabda,
“Relakah kamu saudarimu dizinai? Lelaki itu menjawab, “Tidak.”.
Rasulullah Saw. bersabda,
“Relakah kamu puterimu dizinai? Lelaki itu menjawab, “Tidak.”.
Rasulullah Saw. bersabda,
“Relakah kamu bibimu (dari pihak Ayah) dizinai? Lelaki itu menjawab, “Tidak.”.
Nabi Muhammad Saw . bersabda,
“Relakah kamu bibimu (dari pihak Ibu) dizinai? Lelaki itu menjawab, “Tidak.”.
Nabi Muhammad Saw . bersabda, “Bagaimana orang lain akan rela, padahal kamu sendiri tidak rela dengan hal itu.”.
Lalu, lelaki itu sekarang memiliki semangat keagamaan (keislaman).
Dia membayangkan sikap orang-orang ketika kerabat wanita mereka dizinai, seperti sikapnya ketika kerabat wanitanya dizinai. Lalu lelaki itu berkata,
“Aku bertaubat kepada Allah dari perbuatan zina.”
Nabi Muhammad Saw . bersabda, “Ya Allah, jagalah pendengaran, penglihatan, dan kemaluannya.” (HR. Ahmad dan Al-Thabrani)
Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk" (Q. S. Al Isra 32)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar