Kamis, 18 Oktober 2012

Hukum Dalam Menunaikan Ibadah Haji


Haji adalah fardhu (wajib) hukumnya, sebagaimana ijma’ kaum muslimin. Maksudnya, berdasarkan Al-Qur’an, hadits dan ijma’ (konsensus) kaum muslimin; ia merupakan salah satu rukun Islam. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman, 

“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang-siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (Ali ‘imran: 97).
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam telah bersabda,
إِنَّ اللهَ فَرَضَ عَلَيْكُمُ الْحَجَّ فَحُجُّوْا. (مسلم)
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan ibadah haji terhadap kalian, maka berhajilah.” (Muslim).
بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ، وَحَجِّ بَيْتِ اللهِ الْحَرَامِ.
“Islam dibangun di atas lima pilar, yaitu: Bersaksi bahwasanya tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa Ramadhan dan menunaikan ibadah haji ke Baitullah yang suci.” (Dikeluarkan oleh Al-Bukhari (no. 8) dalam kitab Al-Iman, Muslim (no. 19-20) dalam kitab Al-Iman.) 
Barangsiapa yang mengingkari kewajiban ibadah haji, maka ia kafir dan keluar (murtad) dari Islam, kecuali jika dalam keadaan bodoh tentang kewajiban tersebut, yaitu baik karena memang kebodohannya atau lingkungannya, seperti karena baru masuk Islam, tinggal di desa terpencil hingga tidak mengenal hukum Islam sedikit pun, maka yang demikian itu dimaklumi kebodohannya, namun ia harus dikenalkan kepada ajaran Islam dan diberi penjelasan tentang kewajiban haji. Lalu apabila nanti ia masih bersikeras pada pendiriannya maka boleh divonis sebagai orang yang murtad. 

Adapun orang yang meninggalkan ibadah haji karena malas (menganggap remeh) dengan tetap mengakui hukum wajibnya, maka tidak menyebabkannya menjadi kafir, namun ia berada di atas bahaya yang sangat besar, bahkan ada sebahagian ulama yang mengkafirkannya. 

Beberapa Landasan Hukum Haji :

والله على الناس حج البيت من استطا ع اليه سبيلا ومن كفر فأن الله غني عن العالمين 
“Dan karena Allah wajib atas manusia haji ke baitullah, yaitu orang yang mampu pergi kesana, barangsiapa yang mengingkari (kewajiban haji)
maka sesungguhnya Allah Maha Kaya dari semesta alam”. 
(QS.3-Ali Imran : 97)
يأ يها الناس قدفرض الله عليكم الحج فحجوا 
“Hai manusia sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas kamu haji,
maka pergi haji lah kamu”.
(HR Muslim dan AnNasa`i)
عن ابن عباس عن النبي صلعم قال : تعجلوا ألى الحج يعني الفر يضة فأن أحد كم لايدري مايعرضله 
Dari Ibnu ‘Abbas ra dari Nabi Saw bersabda :”Segeralah kamu melaksanakan haji, yaitu haji yang wajib, sungguh seorang dari kamu tidak tahu apa yang akan (terjadi) menimpa dirinya”.
(HR Ahmad)
عن عاأشة انها قالت : يارسولالله نرى الجهاد افضل الاعمال افلا نجاهد ؟ قال : لالكن أفضل الجهاد حج مبرور
“Dari Siti A`isyah ra, Ia berkata : Wahai Rasulullah, kami menilai jihad itu amal yang paling utama, mengapa kami tidak diidzinkan jihad ? Beliau menjawab : Bagi kamu sekalian jihad yang utama yaitu haji mabrur”.
(Muttafaq ‘alayh)
الحجّ أشهر مّعلو مت فمن فر ض فيهنّ الحجّ فلا رفث ولا فسوق ولا جدال فى الحجّ 
وما تفعلوا من خير يعلمه الله وتز وّدوا فأنّ خير الزّادالتّقوى واتّقون يأولى الألبب 
Musim haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal. 
(QS.2-AlBaqarah : 197)
فمن تمتع با لعمرة الى الحج فما استيسر من الهدى فمن لم يجد فصيام ثلاثة ايام فى الحج وسبعة أذا رجعتم تلك عشرة كملة ذالك لمن لميكن أهله حاضري المسجد الحرام 
maka barangsiapa yang akan mengerjakan umrah sebelum haji (tamattu’, di bulan-bulan haji) wajiblah ia menyembelih kurban (alhadyu) yang mudah didapat, Jika tidak mendapatkannya (alhadyu) atau tidak mampu, maka wajib puasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari apabila sudah pulang kembali (di kampung halaman). Itulah sepuluh hari yang sempurna. Demikian itu bagi orang yang keluarganya tidak berada di sekitar AlMasjidil Haram”. 
(QS AlBaqarah : 196)
عن عمران بن حصين قال : نزلت اية المتعة فى كتاب الله تعال فغعلناها مع رسول الله صلعم فلم ينز القرأن يحرّمها ولم ينهه حتّى مات .....متّفق عليه 
Dari Imran bin Hushain ra berkata : Äyat tamattu’ turun pada Kitabullah Ta’ala, kemudian kami mengerjakan bersama Rasulullah Saw. Kemudian tidak turun lagi alQuràn yang mengharamkan dan melarangnya sampai beliau wafat”. 
(Muttafaq ‘alayh)
التمتع : هو الأعتمار في أشهر الحج ثم التحمم من تلك العمرة والأ هلال بالحج في تلك السنة, ويطلق في عرف السلف على القران. نيل ألأوطر 
Tamattu ialah umrah pada bulan-bulan haji kemudian tahallul dari umrah dan ihram haji pada tahun itu juga. Menurut kebiasaan para sahabat secara mutlaq tamattu’ mencakup Qiran. (Nailul authar)
ألافراد : هو الأهلا ل با لحج وحده 
Ifrad ialah ihram haji saja (tanpa umrah).
(Nailul authar)
القر ان : هو الأهلا ل با لحج والعمرة معا 
Qiran ialah ihram umrah dan haji sekaligus (tidak terpotong tahallul).
(Nailul authar)
خذوا عنى منسككم

Sabda Rasulullah Saw :“Ambillah dari-ku manasik kamu”.
(Muttafaq‘alayh)
عن ابن عباس قل : وقت رسول الله صلعم لأهل المدينه ذاالحليفة ولأهل الشأم الجحفه ولأهل نجد قرنالمىازل ولأهل اليمن يلملم. قل : هن لهن ولمن أتى عليهن من غير أهلهن, لمن كان يريد الحج أوالعمرة, فمن كان دونهن فمهلهن من أهله وكذالك حتى اهل مكة يهلون منها 
Dari Ibnu ‘Abbas ra berkata :”Rasulullah Saw menetapkan Miqat Makani, Dzulhulaifah bagi penduduk Madinah, Juhfah bagi penduduk Syam, Qarnal Manazil bagi penduduk Najed, dan Yalamlam bagi penduduk Yaman”. Beliau bersabda :”Tempat-tempat itu bagi mereka dan yang melewatinya dari negeri lain yang bermaksud melaksanakan (ibadah) Haji dan Umrah, barangsiapa yang berada di dalam batas-batas tersebut maka mereka berihram dari rumahnya. Demikian juga bagi penduduk Mekah, mereka berihram dari Mekah”.
(Muttafaq ‘alayh)
عن ابن عباس عن النبي صلعم قال : لا تجاوز الموقت الا باحرام 
Dari Ibnu ‘Abbas ra bahwa Nabi Saw bersabda :
Janganlah kamu melewati Miqat kecuali berihram”. 
(HR Ath-Thabrani)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar